ANGKA GANGGUAN KECEMASAN
Oleh : Danilo
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena
kecemasan sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam.
Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan
intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas seharihari dan disebut sebagai gangguan kecemasan. Bahkan pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan juga merupakan suatu
komorbiditas. Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang
umum dengan prevalensi seumur hidup. Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan
kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42
juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik,
gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan umum dan fobia. Sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis
kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada
wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria.
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di
Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan
gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014). Terkait dengan
mahasiswa dilaporkan bahwa 25% mahasiswa mengalami cemas ringan, 60%
mengalami cemas sedang, dan 15% mengalami cemas berat. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa setiap orang dapat mengalami kecemasan
baik cemas ringan, sedang atau berat. Dalam kesehariannya, ada banyak
pekerjaan, tantangan dan tuntutan yang harus dikerjakan oleh mahasiswa.
Tantangan dan tuntutan tersebut antara lain pembuatan bermacam tugas,
laporan, makalah maupun ujian yang merupakan bentuk dari evaluasi yang
secara rutin dihadapi oleh mahasiswa. Berbagai hal dan kondisi tertentu juga
dapat berpengaruh terhadap kesuksesan mahasiswa atau justru menghambat
mahasiswa itu sendiri. Dengan motivasi dalam berprestasi yang tinggi,
mahasiswa dapat menunjukkan perilaku yang dapat berorientasi ke prestasi.
Hal tersebut dapat dilihat ketika menghadapi ujian, mereka dapat
mengendalikan ketegangan dan tetap tenang. Akan tetapi jika sebaliknya
mereka merasa takut akan kegagalan atau panik dalam menghadapi ujian,
meskipun mereka mempunyai motivasi untuk berprestasi, tetap saja akan terasa
sulit untuk meraih prestasi yang maksimal.
Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu
faktor internal (dari dalam individu) yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mahasiswa, dan faktor eksternal (dari luar individu) yang meliputi faktor
lingkungan. Salah satu contoh faktor internal yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar mahasiswa yaitu variabel-variabel kepribadian seperti
gangguan kecemasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa
mengalami stres baik selama periode sebelum ujian maupun saat
berlangsungnya ujian. Dalam hal ini yang menjadi stresor utama ialah tekanan
akademis dan ujian itu sendiri. Hal itu dapat menyebabkan kecemasan pada
mahasiswa dan disebut sebagai kecemasan akademis Kecemasan akademis
adalah perasaan cemas seperti tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan
terjadi di lingkungan akademik. Kecemasan akademis mengacu pada pola
pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan performa yang
ditunjukkan oleh mahasiswa tidak begitu baik Menurut Rohen Meetei (2012)
(dalam Nadeem, et al., 2012), kecemasan akademik merupakan bentuk dari
state anxiety yang berhubungan dengan bahaya yang akan datang dari
lingkungan akademis atau lembaga pendidikan seperti halnya dosen, mata
kuliah tertentu dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan Utami di tahun
2011 pada pelayanan konsultasi psikologi di Gadjah Mada Medical Center
(GMC) menunjukkan mahasiswa yang berkonsultasi menunjukkan masalahmasalah terkait dengan perasaan kurang bersemangat, tertekan, gangguan
konsentrasi, perasaan bingung, kesulitan tidur, putus asa, dan dorongan
mengakhiri hidup, bahkan pada beberapa kasus telah terjadi percobaan bunuh
diri. Menurut teori perilaku, rasa frustasi dan trauma yang terus-menerus
dialami dan tidak terkendali akan memunculkan kecemasan dalam diri
mahasiswa (Prawirohusodo dalam Anita, 2014). Jika dibiarkan, maka hal
tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologi dan emosi mahasiswa baik
ketika dihadapkan dengan situasi belajar maupun saat berinteraksi langsung
dengan mata kuliah yang merupakan stresor penyebab timbulnya kecemasan
dalam dirinya. Mahasiswa hampir selalu disibukkan dengan banyak tuntutan
internal maupun eksternal yang dapat menimbulkan masalah-masalah
akademis dan non-akademis. Masalah-masalah non-akademis sangat
berpengaruh terhadap permasalahan akademis, terutama berasal dari tekanan
sosial yang dialami mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Sudah merupakan
kewajiban seorang mahasiswa untuk mencapai prestasi semaksimal mungkin.
Bloom (dalam Oematan, 2013) mengatakan bahwa keberhasilan seorang
mahasiswa dapat dilihat dari nilai yang didapatkan. Nilai-nilai tersebut dapat
diukur melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dicapai pada setiap
semester. Ketika mahasiswa tidak bisa mencapai prestasi semaksimal mungkin
atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka tidak sedikit dari
mereka yang memerima konsekuensinya, dan yang paling fatal yaitu
mahasiswa bisa dikeluarkan dari universitas

ANGKA GANGGUAN KECEMASAN (Artikel 30 Agustus 2019 )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contoh Widget

Ini adalah contoh widget untuk menunjukkan bagaimana sidebar Kiri terlihat. Anda dapat menambahkan kustom widget dari layar widget. Jika kustom widget ditambahkan maka ini akan ditimpa olehnya.