“Apa sih ‘Penjara Kehidupan’ itu?
“Apa sih ‘Penjara Kehidupan’ itu?”
Membahas soal penjara kehidupan, pasti yang terlintas dipikiranmu adalah sesuatu yang mengerikan, menyeramkan, atau bisa membuatmu gila karna harus terkurung ditempat yang tidak mengenakkan. Saya teringat pada satu tempat, tahukah kamu mengenai Penjara Alcatraz? Ya, penjara ini terletak di Pulau Alcatraz, Amerika Serikat. Awalnya tempat itu merupakan instalasi militer, pada 1934 pulau tersebut dijadikan penjara federal oleh pemerintah setempat. Penjara ini ditujukan untuk narapidana-narapidana kelas kakap. Letaknya yang berada di suatu pulau terpencil dan dikelilingi oleh lautan lepas, menyebabkan tidak ada satupun narapidana yang tercatat dalam sejarah berhasil melarikan diri dari Penjara Alcatraz, hingga penjara ini pun mendapat julukan “penjara nomor wahid”. Akan tetapi, penjara ini akhirnya ditutup 29 tahun kemudian, tepatnya pada 1963. Saya percaya, jika tak seorang pun diantara kita yang menginginkan untuk menhadi penghuni penjara Alcatraz, Guatanamo, Nusakambangan, atau penjara manapun yang ada di dunia ini. Sangat menyedihkan rasanya jika kita harus terperangkap pada sesuatu yang punya ruang terbatas, sempit, panas, pengap, bau dan segala macam hal buruk lainnya yang terpintas di pikiranmu.
Akan tetapi, tanpa kita sadari, banyak sekali diantara kita yang nyatanya selama bertahun-tahun bahkan seumur hidupnya tinggal di dalam sebuah penjara, yang lebih menyeramkan dari pada Penjara Alcatraz. Ya, namanya ‘Penjara Kehidupan’. Kenapa saya menyebut demikian? Karena ada banyak hal yang membuat kita merasa terperangkap, sehingga sulit untuk melakukan hal-hal baru. Penjara kehidupan ini memenjarakan diri kita dan seluruh kehidupan kita. Membuat kita tidak mampu berekspresi, tidak mampu berprestasi, hasilnya apa? Kita tidak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita, karena semua yang ada serba dibatasi oleh keraguan, ketakutan bahkan ketidakmampuan untuk bergerak maju. Berikut beberapa hal yang membuat kita seringkali merasa terpenjara dalam hidup :
- Pendidikan
Saya tidak menyangkal jika pendidikan itu sangat penting sebagai langkah menuju kesuksesan hidup. Akan tetapi, saya tidak setuju apabila pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal di sekolah, maupun universitas. Hal-hal tersebut tidak menjamin apapun, jika kamu sendiri tidak memiliki bakat khusus yang dapat kamu kembangkan. Contohnya saja, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Belakangan ia digadang-gadang karena tidak tamat SMA, tapi bisa menjadi Menteri dan memiliki usaha yang sukses. Hal ini menjadi bukti nyata jika pendidikan formal, bukanlah hal yang menjamin masa depanmu, akan tetapi semangat hidup yang besar untuk terus belajar dan mengembangkan potensi dirilah yang menjamin akan menjadi apa kamu kedepannya.
- Pengalaman
Saya mendapati banyak sekali orang-orang takut mencoba hal-hal baru, atau mengemban suati tanggungjawab besar yang diberikan padanya, hanya karna ia sedikit memiliki pengalaman. Hal inilah yang tanpa sadar membuatmu semakin terbatas akan mencoba hal-hal baru, dan menutup dirimu untuk pengalaman baru. Mulai sekarang, ayooo tanamkan dalam pikiran kamu, jika hal baru akan menjadi pengalaman pertamamu, dan akan terus berlanjut pada pengalaman-pengalaman selanjutnya.
- Bakat
Banyak diantara kita sering kali mendengar orang berkata, “saya tidak berbakat di bidang seni”, ” saya tidak berbakat dibidang matematika, sehingga saya sulit untuk menghitung cepat”, dan ungkapan-ungkapan lainnya. Saya tidak mengatakan jika pemetaan bakat itu merupakan sesuatu yang tidak penting. Akan tetapi, dengan berkata demikian, kita hanya akan semakin membatasi diri untuk mencoba hal-hal baru diluar potensi di dalam diri kita. Cobalah untuk berani memulai hal-hal baru, tanpa dibatasi oleh berbakat atau tidaknya kamu dalam suatu bidang.
- Usia
Seringkali orang-orang berpendapat jika orang-orang yang sudah berusia lebih matang atau dewasa, cenderung lebih banyak dalam menguasai berbagai bidang, sehingga tanpa sadar mereka senantiasa membatasi diri untuk berani maju, karena di usia mereka yang masih muda dan dianggap kurang berpengalaman. Padahal akan lebih baik, jika pola pikir kita diubah sejenak menjadi pola pikir yang lebih relevan. Dimana, di usia mudalah seharusnya kita lebih berani mencoba hal-hal baru, mengembangkan potensi diri, dan menjelajah pengetahuan seluas mungkin. Barang kali mereka-mereka yang berusia dewasa dikatakan lebih berpengalaman hanya karna mereka menguasai 1 hal yang ditekuni selama bertahun-tahun, sehingga tampaknya ia lebih menguasainya dibandingkan anda. Akan lebih efektif, jika anda tidak membatasi diri, tetapi belajarlah dari pengetahuan orang-orang tersebut agar memiliki pengetahuan yang sama luasnya, tanpa perlu belajar selama mereka mempelajari hal yang sama.
- Fisik/Kesehatan
Keterbatasan fisik yang dimiliki seseorang sering kali menjadi batasan dalam diri mereka untuk berbuat lebih atau mengembangkan potensi dirinya seluas mungkin. Pikiran-pikiran pesimistis akan keterbatasan tersebut terus menerus menjadi momok dalam kehidupannya. Padahal, dengan semangat juang yang tinggi, serta dibarengi usaha yang keras, anda bisa berbuat lebih dibandingkan orang-orang yang memiliki fisik yang lengkap. Sebagai contoh, Anthony Steven Christiansen, seorang lelaki yang berasal dari Selandia Baru, harus kehilangan kedua kakinya akibat kecelakaan kereta api. Akan tetapi, dengan usaha yang besar, saat ini ia menjadi salah satu motivator yang dikenal di seluruh dunia karena kisah inspiratifnya yang dapat membangkitkan semangat orang-orang yang bernasib sama dengan beliau.
- Kepribadian
Awalnya, penggolongan tipe-tipe kepribadian dimaksudkan sebagai usaha untuk mengenali diri seseorang secara mendalam. Akan tetapi, seringkali tipe kepribadian yang dimiliki seseorang menjadi patokan dirinya terhadap hal-hal yang dianggap kelebihan atau kekurangan pada hal-hal tertentu. Alhasil, hal ini menyebabkan seseorang membatasi diri terhadap hal-hal diluar kemampuanbdirinya. Sebagai contoh, teman saya mengatakan jika “saya adalah seorang introvert, sehingga saya tidak mungkin mampu berbicara dihadapan orang banyak”, secara tidak langsung, mereka membatasi diri dengan kelemahan yang dimilikinya, dan tidak mau belajar untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Padahal seharusnya, ketika ia menyadari apa kelemahan dirinya, dapat menjadi motivasi untuk belajar menghadapi kelemahan tersebut agar menjadi suatu kelebihan.